Berita dari Negeriku
Pak presiden yang baik, apa kabar
hari ini ? Saya harap Bapak dapat menikmati matahari terbit diantara bersih
putihnya awan, angin yang berhembus pelan, menembus pori-pori, dan sejuk
segarnya menembus ke kedalaman hati. Pernahkah anda menyaksikan pemandangan
seindah itu, Pak ? Jangan bayangkan bagaimana begitu serasinya perpaduan
matahari, angin, pohon-pohon, embun, daun-daun hijau, bebukitan di kejauhan,
dan apapuun yang dapat Bapak pandang. Karena semuanya hanya bisa menjadi indah
dan menakjubkan oleh hati yang penuh cinta. Apa Bapak tahu artinya apa itu
cinta ? hehe, jangan ngeledek anak
kecil bercerita tentang cinta. Karena cinta milik siapapun, anak besar ataupun
anak kecil. Pertemuan kita didalam mimpi pun barangkali adalah sebuah cinta.
Sering kali saya termenung,
bagaimana mungkin caranya kita untuk berdekatan dan saling mengenal. Padahal
kita dipisahkan oleh banyak hal. Bahkan saya tidak tahu mengapa menulis surat
ini. Karena tentunya Bapak tidak akan membacanya. Saya tidak tahu alamat rumah
Bapak. Tapi saya hanya ingin menuliskannya. Saya merasa dekat, merasa punya
cita-cita yang sama dengan Bapak. Mudah-mudahan, kita memang bisa berdekatan
untuk membangun negeri ini. Bisa memandang matahari terbit, mengusap embun di
pucuk-pucuk rumput, bersama-sama tanpa rasa curiga apapun. Ah, saya tidak akan
pernah lelah berdo’a untuk itu, Pak.
Tahukah anda bagaimana saya
memandang anda, Pak ? Begitu menakjubkan, ya begitu menakjubkan. Kerut di wajah
anda mengisyaratkan, pikiran yang sedang melayang entah kemana. Dari sudut mata
sayu itu, saya melihat sebutir air meleleh menyusuri pipi. Saya tahu, semua ini
adalah sebuah proyek penuh resiko, Pak. Sewaktu-waktu keributan terjadi pada
orang-orang yang tidak mengetahui permasalahan yang sebenarnya. Derap
langkah proyek beresiko ini selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak
pernah terpikirkan sebelumnya. Musibah yang menimpa negeri ini sesungguhnya
tidak seberapa dibanding musibah hilangnya kepekaan diri kita, terhadap
kegetiran yang melanda indahnya negeri ini. Lalu mulai membicarakan tentang
masa depan bangsa, memadukan harapan dan mimpi sederhana. Dengan jiwa merantau
Minangkabau, keberanian Bugis, kelugasan Batak, kearifan Jawa, keluwesan Bali,
ketegaran Aceh, serta keanggunan Manado. Tahukah anda, Pak ? Di depan sekali
anda menanti, tak gentar. Melawan banyaknya seratus kali pedang di kanan, keris
di kiri. Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Pak, itulah rangkaian kalimat stasi
yang artinya mengajak kepada kita untuk berhenti sejenak dalam perjalanan hidup
untuk merenung, menilai, dan mencari makna kehidupan secara mendalam. Tahukah
anda, Pak ? Renungan atau refleksi ini dapat membebaskan kita dari kehidupan
yang rutin dan dangkal. Bapak presiden yang terhormat, sangat menarik apabila
kita menilik peran pendidikan di negeri ini demi pembangunan nasional. Pendidikan
mempunyai tugas untuk mempersiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Apa
jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di
bidang pendidikan, Pak ? Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya
bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan
bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang
hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya,
pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri
ini.
Mengenai
masalah pendidikan, perhatian kita masih terasa sangat minim. Gambaran
ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas
siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal,
bahkan aturan UU pendidikan yang kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu,
membuat negeri kita akan semakin terpuruk. Sekolah-sekolah gratis di Indonesia
seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi,
kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik
dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis
adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala
sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul
pertanyaan. “Benarkah sekolah tersebut
gratis ? kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan”.
Tataplah
negeri ini, Pak. Pengangguran merebak luas membuat kemiskinan semakin
merajalela. Bocah-bocah kecil yang merintih, melangsungkan mimpi di jalanan.
Buruh kerap dihadapi penderitaan. Inilah negeri kita, Pak. Alamnya kelam tiada berbintang. Dari derita,
dan derita. Sampai kapan derita yang kaya darah dan air mata ini mewarnai bumi
pertiwi kita, Pak ? Di nodai, di
kuasai, di jajah oleh para penguasa rakus.
Pernahkah anda melirik syair lagu
yang di populerkan oleh Koes Plus dengan judul “kolam susu”, Pak ?. Syair ini
menghadiahkan kepada kita puisi dengan bahasa yang tetap eksis dan elegan untuk
memasuki masa depan budaya nasional yang modern dengan tidak mengabaikan wujud
dari asasi tanah surga yang digaungkan didalam lagu ini. Anda, para menteri,
masyarakat, ya kita semua membutuhkan visi misi serta karakter yang kokoh untuk
tetap dapat mengeksiskan ungkapan “tanah
surga” yang seharusnya mencerminkan negeri ini Pak. Apa benar tanah kita
ini tanah surga, Pak ? tongkat kayu dan batu pun dapat jadi tanaman. Hal ini
menunjukkan pada kita betapa makmurnya negeri ini Pak. Tanah surga ini harus
penuh dengan cinta yang membebaskan, Pak. Memang berat saat kita dibesarkan
oleh bayangan sejarah berdarah di tanah surga kita ini. Ego juga yang membuat
hidup kita selalu bergejolak. Tapi hanya dengan mencintai tanah ini, hanya
dengan mencintai tanah surga ini kita bisa menikmati keindahannya, Pak.
Bayangkan, bagaimana indahnya keikhlasan saat kita bisa bertetangga dan
berteman baik dengan perseteruan yang menggoyangkan tanah surga kita ini.
Itulah
yang harus diusahakan, Pak. Memang lebih sulit dibanding mengangkat senjata,
bergerilya melawan tentara Jepang yang dengan persenjataan lengkap yang pernah
ingin merebut tanah kita ini. Tapi itu tidak utopis. Percayalah, setiap manusia
punya potensi untuk memancarkan cahaya cintanya. Kami berusaha mempercayai para
pemimpin yang sedang mengusahakan itu demi tanah surga kami.
What is the dant you would
like to live in the universe ?
Komentar
Posting Komentar