Ini Menurutku, Apa Menurutmu ? (Part I)


Terkadang, tanpa disadari banyak permasalah-permasalahan yang dengan mulus dapat menyentuh halusnya permukaan kehidupan ini. Dan terkadang pula tanpa disadari, permasalahan itu ada yang bersifat tawa ada pula yang bersifat duka. Ntah, tak tau pasti yang mana yang akan kita rasakan. Ya, semua tergantung pada apa yang kita perbuat untuk hidup ini. Jika kita berbuat sesuatu yang membawa pada kemashlahatan (bermanfaat) maka yang bermanfaat pula lah yang akan kita terima, dan sebaliknya. 
 Ragu, takut, tidak percaya diri, dll. Itu merupakan salah satu sifat konkret dari sifat manusia yang susah di tebak. Aku termasuk teman-teman ku yang lain terlalu merendahkan diri dan bahkan dengan mudahnya mengatakan "Aku Tak Bisa". Kawan, hal itulah yang membuat target ataupun final destiny dalam kehidupan yang telah kita atur ini jadi sulit untuk menghasilkan sesuatu hal yang memuaskan. 
Kawan, andai kita bisa lebih berani sedikit saja untuk berbuat sesuatu yang akan meng-efektorkan kemashlahatan, insyaAllah hasilnya juga memuaskan. Selama kita dapat berbuat, kenapa tidak ?. Didunia ini tak ada satu orang pun yang tak mempunyai peraturan ataupun prinsip untuk dirinya sendiri. Ingatlah, semua yang ingin kita capai itu juga harus sesuai dengan prinsip dalam diri kita. Jangan pernah sekalipun menerima larangan atau prinsip dari orang lain yang tidak sesuai dengan kontekstual diri kita sendiri, ya itu sih menurut pengalaman ku *hehe*. Karena, hal itu hanya akan membuat diri kita merasa terkurung seperti didalam penjara dan tak dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan tadi.
Well, pasti inget kan tentang pelajaran sistem saraf ? saraf kita berusaha bekerja saling tumpang tindih yang dimulai dari input sensoris -> integrasi (penerjemahan) -> output motorik. Hanya dengan kecepatan 1.000 km / detik, saraf bisa menangkap lalu menerjemahklan dan meng-efektorkan kerja yang harus kita lakukan dengan menggunakan indera. Tapi, jika kita berpusat pada ekstrinsik larangan semua yang telah diterjemahkan oleh otak dan sistem saraf tadi tak akan menghasilkan apa-apa. Apa kalian rela membuat semua kerja otak itu sia-sia ?.
Manusia didunia ini akan mengalami hal serupa (terlalu mendengarkan orang lain sehingga lupa dengan ucapan hati nurani), termasuk aku juga. Jadi, kapan dong mau bangkitnya kalau terus terusan berpangku omongan orang lain ?. Kawan, ini hidup kita, kita lah yang menjadi sebagai security kehidupan kita, bukan mereka, atau siapapun. Ya, mereka sih boleh ikutan jadi security cadangan, tapi di pertimbangkan dulu-laah. Biar ilmu kesetimbangannya tetap terjaga *haha*
Oh iya, walaupun kita ga boleh berpangku omongan orang lain, kita juga ga boleh mengabaikan kehadiran orang lain.  "Jangan menuntut orang lain untuk menghargai kita, tapi kita lah yang berusaha untuk menghargai orang lain".  
Ya, itulah kehidupan. Kalo ga kita yang bersusah payah untuk membuatnya jadi tidak susah, ya siapa lagi (?)
Itu sih menurutku. Kalo menurutmu ??

#post your comment :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Internship PT. McDermott Indonesia

21 great things for 21 yo!