Kelopak Merah Muda (They Might Change Overtime)
Hallo! Masih inget dengan si
kelopak merah muda? Well, kalau belum coba kenalan deh, biar tau juga galaunya
si kelopak merah muda mengenai jurang yang melambai-lambaikan shakespear sajian
Indonesia. Kalau udah kenalan sih ‘u r one of the lucky person cause u have to know her’. Kenapa ‘her’? Ya jelas dong, namanya aja ‘si kelopak merah muda’, it
means gendernya ya cewe.
Well, sharing kegalauan selanjutnya si kelopak merah muda bakal ngebahas
soal mimpi, umm mungkin mimpi yang dimaksud bisa jadi mengenai cita-cita yang
bahkan they might change overtime, plan B, and even ultimate love of something.
Dimulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga sekarang disemester ke-6 jurusan Sistem
Informasi Politeknik Caltex Riau, saya memiliki mimpi yang hampir selalu
berubah-ubah sesuai dengan hal yang menurut saya berhasil memikat diri saya –
yang terkadang tidak konsisten, pada saat itu. Banyaknya cita-cita yang masih
terekam didalam memori itu bahkan hingga saat ini masih tersimpan dengan jelas.
Dimulai dari TK, dulu entah kenapa ingin sekali rasanya menjadi seorang penari
balet. Teringat pada saat itu orang tua saya bahkan membuatkan daftar mata
pelajaran lengkap dengan gambar seorang balerina disebelahnya. Bahkan detail
kertas mata pelajaran yang tercetak itupun juga masih tersimpan dengan jelas
didalam ingatan, kertas berwarna hijau muda, font tulisan yang umum digunakan,
dsb. Saya tidak tahu pasti apa yang membuat saya ingin menjadi seorang balerina
dimasa itu, tapi yang jelas karena saya tertarik dengan seorang balerina dengan
sepatu dan baju anggun yang digunakan, dapat menari-nari dengan jari-jari
kakinya yang kuat, bagi anak umur 5 tahun seperti saya diwaktu itu, merupakan
hal yang paling ‘wah’ yang pernah saya lihat.
Berlanjut dimasa-masa SD. Haha menceritakan masa ini mungkin masa paling
lugu yang pernah saya lalui – ya walaupun keluguan itu berlanjut hingga jenjang
SMA. Pada masa itu, tepatnya dimulai saat kelas 2 SD, cita-cita saya berubah
dengan cepatnya untuk menjadi seorang guru. Dan sudah pasti ketika itu saya
juga tidak tahu mengapa cita-cita saya berubah ingin menjadi seorang guru. Umm
mungkin karena waktu itu saya menyukai seorang guru yang hingga sekarang pun
saya masih menyukai guru tersebut *menyukai dalam arti kagum hehe :D
Waktu pun berlalu, 6 tahun bersekolah di SD akhirnya saya menyambangi SMP.
Finally, ini waktu yang saya tunggu! Saya memutuskan untuk berjilbab sejak SMP,
dimulai dari yang rajin hingga akhirnya yaah seperti itulah. Btw disaat itu,
cita-citapun rasanya ikutan menjadi yaah seperti itulah juga. As always, saya
merubahnya lagi. Well, cita-cita disaat itu memang mencengangkan, saya ingin
menjadi an astronout. Simple, alasannya hanya karena saya ingin berjalan di
bulan. Terdengar aneh memang, tapi memang sejak SMP, kehidupan berbau astronomi
sudah tercium oleh saya hingga membuat saya tertarik akan hal itu.
Finally! Senior high school! OMG engga kerasa saya udah ngelewati banyak
pelajaran yang padahal teringat saya sering sekali mengeluh lelah belajar. Umm
sejak SMA, entah mengapa tiba-tiba saja menjadi seorang arsitek telah memikat
hati saya. No clear reason, but i love it suddenly. Padahal, kenyataan yang
saya lewati itu sangat berbeda jauh. Dimulai dari kecintaan saya terhadap
biologi, karya tulis ilmiah, bahkan organisasi. Tidak ada satu hal pun yang
bahkan dapat saya katakan sebagai salah satu alasan saya mengapa ingin menjadi
seorng arsitek. Saya mulai berani mengungkapkan hal itu kepada orang tua,
mengenai apa yang saya inginkan setelah saya lulus SMA nanti. Do u know what my
mom was said? “Enggak boleh, Kak – mama bilang sih karena saya anak perempuan
sulung, entah apa alasan jelasnya”. OMG rasanya seperti hancur, saya jadi
berfikir kenapa diasaat saya benar-benar menginginkan sesuatu yang ingin saya
tekuni tapi tersedia hambatan disana, mama tidak menyetujui apa yang saya
inginkan.
Saat itu, yang saya pikirkan hanyalah sebatas “yang penting kuliah deh,
terserah orang tua nyuruh kuliah dimana”. Hingga akhirnya – dengan rangkaian
cerita yang sangat panjang, saya terdampar disebuah PTS “Politeknik Caltex
Riau” umm butuh 45 menit menempuh jalur udara dari rumah dengan biaya pesawat
yang engga pasti :’( haha XD. Lain lagi ceritanya dimasa saya kuliah, diawal
pertama saya berkuliah, ahhh rasanya ingin sekali saya berteriak-teriak untuk
mengatakan “I give up!” entahlah, mungkin karena jurusan yang secara asal saya
ambil – Sistem Informasi, I haven’t background to falling in love with all of
this. I hate algoritma pemrograman, I hate bengkel web, I hate packet tracer, I
hate everything about coding, it’s just like a hell! Hingga pada akhirnya saya
mulai bisa menerima kenyataan bahwa sekarang saya berada di lingkungan yang
everything about computer. Ohya, thx buat Ibu JNS yang sudah menyadarkan saya
bahwa “saya harus tahu apa yang ingin saya lakukan agar saya mengerti apa yang
akan saya lakukan terhadap keinginan saya tersebut”. Beliau membuat saya merasa
saya harus berjuang keras agar apat bertahan didunia yang sudah menjadi bagian
dari hidup saya sekarang ini.
Jika mimpi membuat manusia menjadi manusia, maka passion membuat saya
menjadi saya. Mengertikah? Haha saya rasa tidak, karena saya saja masih ragu
dengan apa yang saya katakan barusan wkwk :p ditengah-tengah perjalanan kuliah,
mungkin diawali dari semester 4, hingga sekarang semester 6 *setelah berulang
kali menjadi langganan rumah sakit, saya menyadari bahwa yang saya inginkan
adalah menjadi seorang dokter. Dokter jantung lebih tepatnya. Dengan pernyataan
yang sama lagi, entah apa alasannya. Tapi bagi saya, inilah pertama kalinya
saya merasa keinginan menjadi seorang dokter bukan sekedar karena saya tertarik
jas putihnya haha LOL tapi memang karena “pribadi yang sederhana, tapi
mengandung ilmu yang membuat takjub semua orang”. Saya mulai menyadari, bahwa
background saya yang memang mencintai biology (karena dulu waktu SMA tiga tahun
berturut-turut mengikuti olimpiade biologi, karya tulis ilmiah yang diikuti
juga berdasarkan ilmu biologi). Wahh apakah ini takdir? Tapi mengapa sekarang?
Setelah saya berada di ambang akhir perkuliahan :’( kalau bisa, saya lepaskan
apa yang sedang saya jalani sekarang dan beralih dengan passion baru saya yang
ingin menjadi seorang dokter.
Umm lagi-lagi karena alasan orang tua yang katanya “sayang, Kak. Sudah
diakhir, masa’ iya mau diudahin?” saya jadi berpikir ulang tentang apa yang
saya jalani 20 tahun ini. Dari mulai TK hingga kuliah, tidak pernah sekalipun
saya memilih sekolah mana yang ingin saya masuki, bahkan tidak pernah sekalipun
saya merasa berjuang untuk masuk ke sekolah tersebut *seperti mengikuti tes
atau sejenisnya. Mama selalu mendaftarkan saya ke sekolah yang memang
menurutnya sekolah tersebut bagus, dekat dengan rumah, dan alasan lainnya yang
masih berada dalam kategori logis bagi pemikiran orang tua. Hingga masuk kuliah
sekalipun, saya bahkan melalui semua itu tanpa rintangan, yaah masuk ke PTS
pilihan orang tua dan mendaftar melalui jalur PSUD *undangan dan jreng jreng
jreng diterima begitu saja.
Awalnya, ketika mama tidak memperbolehkan saya menjadi seorang arsitek, dan
hingga impian saya menjadi seorang dokter saya sadar bahwa mimpi berubah karena
diri kita juga selalu berkembang. They might change overtime. Saya mulai
mempelajari banyak hal baru dan merasakan berbagai pengalaman menarik yang
hingga akhirnya berhasil menarik diri saya untuk terjebak didalamnya hingga
datang pengalaman-pengalaman menarik lainnya yang juga selalu berhasil menjebak
saya dalam pikatannya. Bahwa sebenarnya sebuah mimpi akan muncul ketika kita
telah menciptakannya. Dan ternyata, kita sudah pernah mempraktikkannya sejak
kecil. Dreams r invented, we r not born with them. Didalam hidup, kita dapat
memilih begitu banyak keinginan setelah menjalani berbagai hal. Seiring dengan
berjalannya waktu, cita-cita kitapun dapat berubah, begitu pula dengan
prioritas kita. Namun, hal ini tidak berarti kita harus berhenti bermimpi. Yes,
the future is full of uncertainties, but we have to know wht we want to do.
“Dream and give yourself permission to envision a you that you choose to
be” – Joy Page
Bermimpilah, karena sebuah mimpi membuat kita bisa memiliki tujuan didalam
hidup. Sebuah mimpi mampu menekan keraguan kita akan masa depan. Mulai
sekarang, please write down your dreams as many as you want! Bermimpi adalah
salah satu cara agar kita tetap terjaga. Believe in who u r, n believe in ur
dreams, for in those things u r at your greatest. Dream your life and live your
dream, it really does work like no other fairytales but your own.
Plan B – to be continued ...
Komentar
Posting Komentar